Kritik
terhadap Cerpen “Robohnya Surau Kami” karya A.A. Navis Berdasarkan Metode
Sosiologi Sastra
1. Definisi Metode Sosiologi Sastra
Metode sosiologi sastra
berdasarkan prinsip bahwa karya sastra merupakan refleksi/ cerminan masyarakat
pada zaman karya sastra itu ditulis. Sebagai anggota masyarakat, penulis tidak
dapat melepaskan diri dari lingkungan social budaya, politik, keamanan, dan
alam yang melingkupinya.
Selain merupakan
eksperimen moral yang dituangkan melalui bahasa sastra dalam kenyataanya
menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri merupakan kenyataan
social. Seperti halnya karya seni lain, karya sastra adalah refleksi
transformasi pengalaman hidup dan kenyataan hidup manusia baik secar nyata
maupun hanya rekaan semata, yang dipenggal-penggal kemudian dirangkai kembali
dengan imajinasi, perseppsi dan keahlian pengarang serta disajikan melalui
sebuah media (bahasa). Bagaimanapun peristiwa yang terjadi dalam batin
seseorang yang sering menjadi bahan sastra adalah pantulan hubungan seseorang
dengan Tuhan, alam semesta, masyarakat, manusia lainnya, dan dirinya sendiri.
Hubungan hakiki itulah yang kemudian melahirkan berbagai masalah yang dihadapi
manusia misalnya maut, tragedy, cinta, loyalitas, harapan, makna dan tujuan
hidup, hal-hal yang transcendental, kekuasaan, politik dan ideologi.
2. Kritik terhadap Cerpen “Robohnya
Surau Kami” Karya A.A. Navis
Cerpen Robohnya Surau
Kami menggambar keadaan manusia pada masa sekarang, walaupun ditulis pada
masanya. Manusia yang sebagai makhluk social dan selalu berinteraksi dengan
orang lain. Salin membutuhkan satu sama lain. Di tengah manusia sebagai makhluk
social, juga sebagai makhluk yang egosentris. Artinya setiap manusia mempunyai
ego masing-masing. Mementingkan diri sendiri. Membiarkan orang lain melarat
demi kebahagiaanya. Di samping manusia sebagai makhluk social juga sebagai
makhluk yang mempunyai agama. Mempunyai keyakinan dan kepercayaan yang berbeda-beda. Perbedaan keyakinan tak jarang
menjadi tembok pemisah dalam kehidupan manusia. Membatasi pergaulan dalam
kehidupan sehari. Bahkan sering menimbulkan permusuhan, sementara tidak tahu
apa yang dianut dia, dan apa yang dianut dia sama tetapi dengan cara yang
berbeda-beda.
Dalam cerepn robohnya
suara kami. Haji saleh sebagai seorang pria yang taat beragama, setia kepada
Tuhan-Nya. Sehingga tak lain yang dikerjakan Haji Saleh selain ibadah. Dia
melupakan anak istrinya, orang-orang disekitarnya. Bahkan dia tidak pernah
bekerja. hingga tiba saatnya penghakiman oleh Tuhan Haji Saleh protes karena
dia masuk neraka. Dan dia juga bahwa orang-orang yang masuk neraka orang-orang
yang rajin beribadah.
Dalam praktiknya dalam kehidupan
sehari-hari. Sikap setia Haji Saleh akan agamanya sangat perlu diteladani,
tetapi bukan berarti kita melupakan segala sesuatu apa yang ada disekitar kita.
Manusia pada masa kini, banyak yang taat beribadah, semua ayat-ayat suci bisa
di hafal. Tapi prakteknya seorang teroris, KKN dan kejahatan lainnya.
Jika dihubungkan dengan
kehidupan masa kini. Cerpen ini tentu saja sangat berhubungan. Karena
menggambarkan kehidupan manusia diera globalisasi. Manusia makhluk social yang
saling berinteraksi tetapi mementingkan sifat egoism. Cerpen ini sangat bagus,
karena mengkaitkan isi dengan kehidupan nyata.bahkan seolah-olah diangkat dari
kisah nyata.
Dalam pemahamanya.cerpen ini sangatlah
membangun bagi masyarakat terutama ulama-ulama agama. Sulit untuk dipahami
karena cerpen ini menceritakan alur maju mundur.
Keadaan
ekonomi masa kini kian semakin berkembang bagi mereka yang mampu, sedangkan
bagi mereka yang tidak mampu semakin terjepit bahkan sampai mati kelaparan.
Sama halnya dengan cerita pada robohnya surau kami yang menceritakan keadaan
ekonomi Indonesia yang semakin sulit sementara ada orang yang hanya diam
membiarkan dirinya melarat. Persaingan ekonomi yang semakin ketat dan sulit. Indonesia kaya akan harta alam. Tanah
yang subur dan tumbuhan yang hijau. Tetapi masih saja mengekspor bahan-bahan
dari luar.
Kritik
dari segi positif atau keunggulan cerpen “Robohnya Surau Kami” adalah alur
ceritanya bagus, mencerminkan kehidupan nyata, mengandung unsur moral.
Mempunyai nilai social yang tinggi. Dan jika ditilik dari segi amanat atau
pesan yang bisa di petik. Mampu merubah seorang umat dan memperbaiki
persepsinya tentang agama yang selama ini di anutnya. Dalam artian, aplikasi
lebih penting dari teori (sedikit teori banyak praktik).
3. Kritik terhadap Cerpen “Pada
Pembotakan Terakhir’ karya A.A. Navis
Pada
cerpen Pada Pembotakan Terakhir merupakan cerminan masyarakat masa kini. Cerminan
masyarakat dari segi ekonomi, politik, sosial, dan alam yang melingkupinya.
Cerminan masyarakat dari segi ekonomi, di sini dapat terlihat pada keadaan
ekonomi keluarga angkat Maria. Setiap hari Maria bekerja menjajakan kue tanpa
pernah mengenal dunia anak-anak. Banyak hal yang tidak dia tahu dari dunia
anak-anak. Baik dari sikap I dan berbagai permainan anak-anak. Berbeda dengan
sibotak yang mempunyai ekonomi mencukupi sehingga setiap hari dia masih bisa
menikmati kue hasil jajahan Maria.
Dari segi sosial
budaya, terlihat pada kebiasaan yang dilakukan oleh Kakek sibotak pada hari
ulang tahunnya. Di mana setiap ulang tahun, dia memperoleh kado kepala botak
dari keluarganya. Alam tidka bisa lepas dari kehidupan manusia. Karena manusia
tergantung pada alam sekitar yang melingkupinya. Di sini terlihat pada keadaan
yang membatasi rumah sibotak dengan rumah Maria. Sebuah kali berukuran 3 meter
tetapi dengan kedalaman yang luar biasa.
Cerpen ini merupakan gambaran kehidupan
masyarakat social. Di aman pada masa kinim apabila seorang tidak mempunyai
orangtua lagi. Dia angkat dijadikan oelh orang lain sebagai anak angkat.
Menjadi seorang anak angkat tidaklah enak. Banyak hal yang harus kita jaga.
Sama halnya dengan Maria yang selalu di siksa oleh ibu angkatnya.
Peristiwa yang terjadi dalm cerpen “Pada
Pembotakan Terakhir” mencerminkan kehidupan yang penuh misteri. Penuh sandiwara
dan lagu-lagu dunia.
Jika ditilik dari sudut positif atau
kebaikan cerpen ini memberikan gambaran kehidupan yang sangat rumit yang dialami
oleh tokoh Maria. Banyak hal yang menjadi pelajaran dari cerpen ini,
diantaranya adalah sebagai berikut;
®
Tidak boleh berbuat semena-mena terhadap
orang lain;
®
Saling berbagi;
®
Menghormati orangtua;
®
Saling menghargai dan member;
®
Tidak mengutarakan hal-hal yang tidak
perlu diutarakan;
®
Jadilah seorang ibu yang baik.
Jika ditilik dari segi
keburukan atau negatifnya, cerpen ini menceritakan kisah kehidupan Maria yang
sangat sadis. Kehidupannya tak lepas dari siksa hingga maut menjemputnya.
Bahkan dia meninggal karena kekerasan oarangtua angkatnya. Maria meninggal dan
ibu angkatnya semakin jaya. Ibu angkatnya menajdi seorang tukang jual emas dan
menikah dengan seorang yang muda. khir
Pembaca akan beranggapan,
sejahat-jahatnya manusia, toh pada ujungnya berakhir dengan kebahagiaan. Hubungan
manusia dengan agama dalam cerpen ini tidak begitu diperhatikan. Seorang ibu
tega menyiksa seorang anak kecil tanpa kesalahan yang patal. Bahkan anak kecil
meninggal karena siksaan ibu angkatnya. Keadaan ini menggambarkan cerminan
masyarakat yang tidak mempedulikn agama.
4.
Sinopsis
Robohnya Surau Kami
Karya: A.A. Navis
Di sebuah desa, hidup seorang kakek tua yang tinggal di surau
desa. Sudah bertahun-tahun dia tinggal di surau itu sebagai penjaga surau.
Karena hidup sebatang kara, dia harus menggantungkan hidupnya dari upah
mengasah pisau.Biasanya masyarakat yang meminta bantuannya mengasah pisau akan
memberinya sambal, rokok, ataupun sedikit uang. Tidak sedikit juga yang hanya
memberinya ucapan terima kasih dan segaris senyuman. Enam bulan sekali dia
mendapatkan ikan hasil pemunggahan dari kolam ikan mas yang ada di depan surau,
selain itu setahun sekali ia mendapatkan fitrah Id dari orang-orang yang
tinggal disekitarnya. Dia memiliki keyakinan bahwa materi bukanlah
segala-galanya dan dia berpikir lebih baik ia memikirkan kehidupan nanti di
akhirat dari pada kehidupan sekarang di dunia. Kakek tersebut taat beribadah
sampai-sampai melupakan semua kebutuhan duniawinya.
Suatu hari Ajo Sidi menemui Kakek di surau. Ajo Sidi
dikenal sebagai seorang pembual desa yang sering menceritakan kisah-kisah yang
pelaku-pelaku dalam kisah tersebut adalah orang-orang yang menurutnya mempunyai
kesamaan perilaku dengan tokoh yang ada di dalam kisah karangannya. Biasanya
Ajo Sidi akan menceritakan kisah yang sifatnya menghina orang yang sedang ia
ajak bicara. Namun kelebihan yang dia miliki adalah, dia merupakan orang yang
suka bekerja keras karena hampir sepanjang waktunya dia habiskan untuk bekerja.
Ajo Sidi menceritakan kisah tentang Haji Saleh, seorang alim yang seumur
hidupnya dia habiskan untuk ibadah namun di akhirat Haji Saleh tetap saja masuk
ke neraka. Dalam cerita karangan Ajo Sidi, Tuhan marah kepada Haji Saleh karena
dia terlalu egois sehingga mengabaikan kebutuhan keluarganya di dunia karena
terlalu sibuk mengejar kehidupan indah di surga nantinya. Kakek merasa marah
dan tersinggung karena cerita Ajo Sidi, tidak hanya itu, Kakek juga jadi
pendiam dan kelihatan murung setelah pertemuannya dengan Ajo Sidi.
Di Surau yang merupakan tempat tinggalnya itu Kakek hanya
duduk dan termenung memikirkan cerita yang beberapa hari lalu didengarnya itu.
Entah bagaimana Kakek merasa bersalah dan sangat berdosa, hingga pada suatu
hari Kakek ditemukan telah mati bunuh diri di surau. Dia menggorok lehernya
menggunakan pisau yang sebelumnya dia tujukan untuk menggorok leher Ajo Sidi
demi melampiaskan kemarahannya. Ketika Ajo Sidi dicari untuk dimintai
pertanggung jawabannya, Ajo Sidi malah tidak ada di rumahnya karena dia sedang pergi
bekerja seperti biasanya. Dia hanya menitipkan pesan pada istrinya untuk
membelikan tujuh lapis kain kafan untuk Kakek.
Pada Pembotakan Terakhir
Karya: A.A. Navis
Pembotakan
terakhir dilakukan ketika si aku tepat berumur tujuh tahun. Pembotakan itu
selalu dilakukan oleh ibunya semenjak si aku masih bayi dan setiap umurnya
bertambah. Pembotakan terakhir itu tidak dirayakan karena promotor perayaan
yaitu nenek si aku telah meninggal dunia. Tepat umurnya tujuh tahun adalah hari
kelima belas meninggalnya neneknya.
Dalam cerita ini banyak diceritakan kehidupan seorang
tetangga dari si aku yaitu Maria. Maria adalah tetangga si aku yaitu seorang
yatim piatu yang hidup dengan etek-nya yang bernama Mak Pasah yang sangat kejam
kepada Maria. Sedikit saja Maria lalai, ia akan dipukuli habis-habisan oleh Mak
Pasah. Mak Pasah adalah pembuat kue dan Maria yang disuruh menjualnya. Maria
berjualan tiga kali sehari, pagi penekuk, siang bubur delima, dan sore limping.
Jika kue tidak habis terjual, ia akan dipukuli setengah mati. Itulah yang
menyebabkan Maria jarang bergaul bahkan ia tidak ada tahu satu pun permainan
yang ia ketahui yang mana permainan sering dimainkan si aku seperti lore,
sembang, dan congklak.
Si aku sangat kasihan dan pilu saat mendengar pekik Maria
meminta ampun ketika dipukuli Mak Pasah. Ibu
si aku selalu membeli kue dari Maria. Suatu hari ditinggal ibu nya
sendiri di rumah, dan si aku diberi remis untuk membeli kue kepada Maria tetapi
remis itu dibelikannya gula tare. Ketika Maria datang, si aku sudah tidak punya
uang lagi. Tapi Maria memberikan sebuah limping dan akan dibayar apabila ibu si
aku sudah pulang. Sekian lama Maria menunggu ibu si aku, tetapi ibu si aku
belum juga datang. Tidak lama kemudian hari mulai senja, dengan wajah pucat
Maria segera pulang. Sudah pasti terdengar pekik Maria dan makian Mak Pasah.
Peristiwa itu terjadi sehari sebelum pembotakan terakhir si aku. Pada malam
harinya, si aku bermimpi tentang Maria yang dipukuli oleh hantu-hantu.
Pembotakan terakhir pun tiba. Kakek Montok, si tukang cukur
mulai membotaki kepala si aku sedikit demi sedikit. Kepala yang botak adalah
hadiah ulang tahun si aku. Ttiba-tiba saja Maria datang dan tampak di wajah
Maria bekas luka dipukul. Maria terbatuk dan ludahnya berdarah bahkan itu bukan
ludah tetapi darah yang sesungguhnya.tapi ketika ditanya oleh kakek Montok,
Maria menjawab bahwa dirinya baik-baik saja. Keesokan harinya, si aku pergi ke
kota di mana tempat kelahiran ayahnya. Dua minggu kemudian si aku dijemput oleh
ibunya. Si aku ingat dan ingin tahu keadaan Maria. Ternyata Maria telah
meninggal dunia. Dan Mak Pasah pun sudah mencari anak semang yang lain untuk
menjual kuenya. Tapi orang-orang kampung tidak lagi membeli kuenya karena dari
dulu kue Mak Pasah tidak enak. Orang mau membeli kuenya dulu karena orang
kasihan kepada Maria. Kematian Maria karena sikasaan Mak Pasah, persis mimpi si
aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar