Selasa, 28 Mei 2013



Kritik terhadap Cerpen “Robohnya Surau Kami” karya A.A. Navis Berdasarkan Metode Sosiologi Sastra

1.      Definisi Metode Sosiologi Sastra
Metode sosiologi sastra berdasarkan prinsip bahwa karya sastra merupakan refleksi/ cerminan masyarakat pada zaman karya sastra itu ditulis. Sebagai anggota masyarakat, penulis tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan social budaya, politik, keamanan, dan alam yang melingkupinya.
Selain merupakan eksperimen moral yang dituangkan melalui bahasa sastra dalam kenyataanya menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri merupakan kenyataan social. Seperti halnya karya seni lain, karya sastra adalah refleksi transformasi pengalaman hidup dan kenyataan hidup manusia baik secar nyata maupun hanya rekaan semata, yang dipenggal-penggal kemudian dirangkai kembali dengan imajinasi, perseppsi dan keahlian pengarang serta disajikan melalui sebuah media (bahasa). Bagaimanapun peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang yang sering menjadi bahan sastra adalah pantulan hubungan seseorang dengan Tuhan, alam semesta, masyarakat, manusia lainnya, dan dirinya sendiri. Hubungan hakiki itulah yang kemudian melahirkan berbagai masalah yang dihadapi manusia misalnya maut, tragedy, cinta, loyalitas, harapan, makna dan tujuan hidup, hal-hal yang transcendental, kekuasaan, politik dan ideologi.

2.      Kritik terhadap Cerpen “Robohnya Surau Kami” Karya A.A. Navis
Cerpen Robohnya Surau Kami menggambar keadaan manusia pada masa sekarang, walaupun ditulis pada masanya. Manusia yang sebagai makhluk social dan selalu berinteraksi dengan orang lain. Salin membutuhkan satu sama lain. Di tengah manusia sebagai makhluk social, juga sebagai makhluk yang egosentris. Artinya setiap manusia mempunyai ego masing-masing. Mementingkan diri sendiri. Membiarkan orang lain melarat demi kebahagiaanya. Di samping manusia sebagai makhluk social juga sebagai makhluk yang mempunyai agama. Mempunyai keyakinan dan kepercayaan yang  berbeda-beda. Perbedaan keyakinan tak jarang menjadi tembok pemisah dalam kehidupan manusia. Membatasi pergaulan dalam kehidupan sehari. Bahkan sering menimbulkan permusuhan, sementara tidak tahu apa yang dianut dia, dan apa yang dianut dia sama tetapi dengan cara yang berbeda-beda.
Dalam cerepn robohnya suara kami. Haji saleh sebagai seorang pria yang taat beragama, setia kepada Tuhan-Nya. Sehingga tak lain yang dikerjakan Haji Saleh selain ibadah. Dia melupakan anak istrinya, orang-orang disekitarnya. Bahkan dia tidak pernah bekerja. hingga tiba saatnya penghakiman oleh Tuhan Haji Saleh protes karena dia masuk neraka. Dan dia juga bahwa orang-orang yang masuk neraka orang-orang yang rajin beribadah.
Dalam praktiknya dalam kehidupan sehari-hari. Sikap setia Haji Saleh akan agamanya sangat perlu diteladani, tetapi bukan berarti kita melupakan segala sesuatu apa yang ada disekitar kita. Manusia pada masa kini, banyak yang taat beribadah, semua ayat-ayat suci bisa di hafal. Tapi prakteknya seorang teroris, KKN dan kejahatan lainnya.
Jika dihubungkan dengan kehidupan masa kini. Cerpen ini tentu saja sangat berhubungan. Karena menggambarkan kehidupan manusia diera globalisasi. Manusia makhluk social yang saling berinteraksi tetapi mementingkan sifat egoism. Cerpen ini sangat bagus, karena mengkaitkan isi dengan kehidupan nyata.bahkan seolah-olah diangkat dari kisah  nyata.
Dalam pemahamanya.cerpen ini sangatlah membangun bagi masyarakat terutama ulama-ulama agama. Sulit untuk dipahami karena cerpen ini menceritakan alur maju mundur.
            Keadaan ekonomi masa kini kian semakin berkembang bagi mereka yang mampu, sedangkan bagi mereka yang tidak mampu semakin terjepit bahkan sampai mati kelaparan. Sama halnya dengan cerita pada robohnya surau kami yang menceritakan keadaan ekonomi Indonesia yang semakin sulit sementara ada orang yang hanya diam membiarkan dirinya melarat. Persaingan ekonomi yang semakin ketat dan  sulit. Indonesia kaya akan harta alam. Tanah yang subur dan tumbuhan yang hijau. Tetapi masih saja mengekspor bahan-bahan dari luar.
            Kritik dari segi positif atau keunggulan cerpen “Robohnya Surau Kami” adalah alur ceritanya bagus, mencerminkan kehidupan nyata, mengandung unsur moral. Mempunyai nilai social yang tinggi. Dan jika ditilik dari segi amanat atau pesan yang bisa di petik. Mampu merubah seorang umat dan memperbaiki persepsinya tentang agama yang selama ini di anutnya. Dalam artian, aplikasi lebih penting dari teori (sedikit teori banyak praktik).




















3. Kritik terhadap Cerpen “Pada Pembotakan Terakhir’ karya A.A. Navis
            Pada cerpen Pada Pembotakan Terakhir merupakan cerminan masyarakat masa kini. Cerminan masyarakat dari segi ekonomi, politik, sosial, dan alam yang melingkupinya. Cerminan masyarakat dari segi ekonomi, di sini dapat terlihat pada keadaan ekonomi keluarga angkat Maria. Setiap hari Maria bekerja menjajakan kue tanpa pernah mengenal dunia anak-anak. Banyak hal yang tidak dia tahu dari dunia anak-anak. Baik dari sikap I dan berbagai permainan anak-anak. Berbeda dengan sibotak yang mempunyai ekonomi mencukupi sehingga setiap hari dia masih bisa menikmati kue hasil jajahan Maria.
Dari segi sosial budaya, terlihat pada kebiasaan yang dilakukan oleh Kakek sibotak pada hari ulang tahunnya. Di mana setiap ulang tahun, dia memperoleh kado kepala botak dari keluarganya. Alam tidka bisa lepas dari kehidupan manusia. Karena manusia tergantung pada alam sekitar yang melingkupinya. Di sini terlihat pada keadaan yang membatasi rumah sibotak dengan rumah Maria. Sebuah kali berukuran 3 meter tetapi dengan kedalaman yang luar biasa.
Cerpen ini merupakan gambaran kehidupan masyarakat social. Di aman pada masa kinim apabila seorang tidak mempunyai orangtua lagi. Dia angkat dijadikan oelh orang lain sebagai anak angkat. Menjadi seorang anak angkat tidaklah enak. Banyak hal yang harus kita jaga. Sama halnya dengan Maria yang selalu di siksa oleh ibu angkatnya.
Peristiwa yang terjadi dalm cerpen “Pada Pembotakan Terakhir” mencerminkan kehidupan yang penuh misteri. Penuh sandiwara dan lagu-lagu dunia.
Jika ditilik dari sudut positif atau kebaikan cerpen ini memberikan gambaran kehidupan yang sangat rumit yang dialami oleh tokoh Maria. Banyak hal yang menjadi pelajaran dari cerpen ini, diantaranya adalah sebagai berikut;
®    Tidak boleh berbuat semena-mena terhadap orang lain;
®    Saling berbagi;
®    Menghormati orangtua;
®    Saling menghargai dan member;
®    Tidak mengutarakan hal-hal yang tidak perlu diutarakan;
®    Jadilah seorang ibu yang baik.
Jika ditilik dari segi keburukan atau negatifnya, cerpen ini menceritakan kisah kehidupan Maria yang sangat sadis. Kehidupannya tak lepas dari siksa hingga maut menjemputnya. Bahkan dia meninggal karena kekerasan oarangtua angkatnya. Maria meninggal dan ibu angkatnya semakin jaya. Ibu angkatnya menajdi seorang tukang jual emas dan menikah dengan seorang yang muda. khir
Pembaca akan beranggapan, sejahat-jahatnya manusia, toh pada ujungnya berakhir dengan kebahagiaan. Hubungan manusia dengan agama dalam cerpen ini tidak begitu diperhatikan. Seorang ibu tega menyiksa seorang anak kecil tanpa kesalahan yang patal. Bahkan anak kecil meninggal karena siksaan ibu angkatnya. Keadaan ini menggambarkan cerminan masyarakat yang  tidak mempedulikn agama.


















4. Sinopsis
Robohnya Surau Kami
Karya: A.A. Navis
Di sebuah desa, hidup seorang kakek tua yang tinggal di surau desa. Sudah bertahun-tahun dia tinggal di surau itu sebagai penjaga surau. Karena hidup sebatang kara, dia harus menggantungkan hidupnya dari upah mengasah pisau.Biasanya masyarakat yang meminta bantuannya mengasah pisau akan memberinya sambal, rokok, ataupun sedikit uang. Tidak sedikit juga yang hanya memberinya ucapan terima kasih dan segaris senyuman. Enam bulan sekali dia mendapatkan ikan hasil pemunggahan dari kolam ikan mas yang ada di depan surau, selain itu setahun sekali ia mendapatkan fitrah Id dari orang-orang yang tinggal disekitarnya. Dia memiliki keyakinan bahwa materi bukanlah segala-galanya dan dia berpikir lebih baik ia memikirkan kehidupan nanti di akhirat dari pada kehidupan sekarang di dunia. Kakek tersebut taat beribadah sampai-sampai melupakan semua kebutuhan duniawinya.
Suatu  hari Ajo Sidi menemui Kakek di surau. Ajo Sidi dikenal sebagai seorang pembual desa yang sering menceritakan kisah-kisah yang pelaku-pelaku dalam kisah tersebut adalah orang-orang yang menurutnya mempunyai kesamaan perilaku dengan tokoh yang ada di dalam kisah karangannya. Biasanya Ajo Sidi akan menceritakan kisah yang sifatnya menghina orang yang sedang ia ajak bicara. Namun kelebihan yang dia miliki adalah, dia merupakan orang yang suka bekerja keras karena hampir sepanjang waktunya dia habiskan untuk bekerja. Ajo Sidi menceritakan kisah tentang Haji Saleh, seorang alim yang seumur hidupnya dia habiskan untuk ibadah namun di akhirat Haji Saleh tetap saja masuk ke neraka. Dalam cerita karangan Ajo Sidi, Tuhan marah kepada Haji Saleh karena dia terlalu egois sehingga mengabaikan kebutuhan keluarganya di dunia karena terlalu sibuk mengejar kehidupan indah di surga nantinya. Kakek merasa marah dan tersinggung karena cerita Ajo Sidi, tidak hanya itu, Kakek juga jadi pendiam dan kelihatan murung setelah pertemuannya dengan Ajo Sidi.
Di Surau yang merupakan tempat tinggalnya itu Kakek hanya duduk dan termenung memikirkan cerita yang beberapa hari lalu didengarnya itu. Entah bagaimana Kakek merasa bersalah dan sangat berdosa, hingga pada suatu hari Kakek ditemukan telah mati bunuh diri di surau. Dia menggorok lehernya menggunakan pisau yang sebelumnya dia tujukan untuk menggorok leher Ajo Sidi demi melampiaskan kemarahannya. Ketika Ajo Sidi dicari untuk dimintai pertanggung jawabannya, Ajo Sidi malah tidak ada di rumahnya karena dia sedang pergi bekerja seperti biasanya. Dia hanya menitipkan pesan pada istrinya untuk membelikan tujuh lapis kain kafan untuk Kakek.
























Pada Pembotakan Terakhir
Karya: A.A. Navis
            Pembotakan terakhir dilakukan ketika si aku tepat berumur tujuh tahun. Pembotakan itu selalu dilakukan oleh ibunya semenjak si aku masih bayi dan setiap umurnya bertambah. Pembotakan terakhir itu tidak dirayakan karena promotor perayaan yaitu nenek si aku telah meninggal dunia. Tepat umurnya tujuh tahun adalah hari kelima belas meninggalnya neneknya.
Dalam cerita ini banyak diceritakan kehidupan seorang tetangga dari si aku yaitu Maria. Maria adalah tetangga si aku yaitu seorang yatim piatu yang hidup dengan etek-nya yang bernama Mak Pasah yang sangat kejam kepada Maria. Sedikit saja Maria lalai, ia akan dipukuli habis-habisan oleh Mak Pasah. Mak Pasah adalah pembuat kue dan Maria yang disuruh menjualnya. Maria berjualan tiga kali sehari, pagi penekuk, siang bubur delima, dan sore limping. Jika kue tidak habis terjual, ia akan dipukuli setengah mati. Itulah yang menyebabkan Maria jarang bergaul bahkan ia tidak ada tahu satu pun permainan yang ia ketahui yang mana permainan sering dimainkan si aku seperti lore, sembang, dan congklak.
Si aku sangat kasihan dan pilu saat mendengar pekik Maria meminta ampun ketika dipukuli Mak Pasah. Ibu  si aku selalu membeli kue dari Maria. Suatu hari ditinggal ibu nya sendiri di rumah, dan si aku diberi remis untuk membeli kue kepada Maria tetapi remis itu dibelikannya gula tare. Ketika Maria datang, si aku sudah tidak punya uang lagi. Tapi Maria memberikan sebuah limping dan akan dibayar apabila ibu si aku sudah pulang. Sekian lama Maria menunggu ibu si aku, tetapi ibu si aku belum juga datang. Tidak lama kemudian hari mulai senja, dengan wajah pucat Maria segera pulang. Sudah pasti terdengar pekik Maria dan makian Mak Pasah. Peristiwa itu terjadi sehari sebelum pembotakan terakhir si aku. Pada malam harinya, si aku bermimpi tentang Maria yang dipukuli oleh hantu-hantu.
Pembotakan terakhir pun tiba. Kakek Montok, si tukang cukur mulai membotaki kepala si aku sedikit demi sedikit. Kepala yang botak adalah hadiah ulang tahun si aku. Ttiba-tiba saja Maria datang dan tampak di wajah Maria bekas luka dipukul. Maria terbatuk dan ludahnya berdarah bahkan itu bukan ludah tetapi darah yang sesungguhnya.tapi ketika ditanya oleh kakek Montok, Maria menjawab bahwa dirinya baik-baik saja. Keesokan harinya, si aku pergi ke kota di mana tempat kelahiran ayahnya. Dua minggu kemudian si aku dijemput oleh ibunya. Si aku ingat dan ingin tahu keadaan Maria. Ternyata Maria telah meninggal dunia. Dan Mak Pasah pun sudah mencari anak semang yang lain untuk menjual kuenya. Tapi orang-orang kampung tidak lagi membeli kuenya karena dari dulu kue Mak Pasah tidak enak. Orang mau membeli kuenya dulu karena orang kasihan kepada Maria. Kematian Maria karena sikasaan Mak Pasah, persis mimpi si aku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar