Rabu, 04 September 2013

Tinta Terakhir Juliana Simamora Saat ini aku akan pergi, relakan aku melepaskanmu dari ketiga jariku, jangan marah jika kita harus berpisah. Mungkin inilah yang terbaik, inilah jalan dan takdirku. Semua kulakukan demi masa depan adik-adikku. Aku memang sangat mencintaimu, aku sayang kamu dan selamanya engkau dambaan hatiku. Kesetianku tidak akan pernah terpungkiri oleh siapapun juga. Jika saja, ada jalan lain, ini semua akan aku lawan dan tidak akan terjadi. Jangan pernah menganggap cintaku padamu semu atau hanya bayang-bayang dan bahkan sandiwara belaka. Jika engkau bercerita demikian itu adalah palsu dan buta. Rasa cinta yang tak ada duanya sejak pertama aku mengenalmu sungguh tak akan pernah pudar.dan bahkan selalu menggebu-gebu dalam batinku. Ikatan tali cinta telah terjadin kuat antara aku dan kau. Saat aku harus pergi rasa itu semakin menggebu-gebu, melepasmu adalah hal terbodoh yang pernah dilakukan orang yang masih mampu pertahankan jalinan kasih antara engkau dengan jari mereka. Tetapi apa daya. Rasa sayang aku terhadapmu tak bisa rubah takdir. Ini sudah tersurat. Mungkin mereka bisa hentikan tetapi tidak denganku. “Ma, apakah tidak ada jalan lain, selain ini ?, apa ini jalan satu-satunya Ma” “ Maafkan Mama, sayang. Mama tidak bisa berbuat apa-apa. Mama terlalu lemah menghapi ini semua. Maafkan Mama” sambil memeluk Fitri yang masih tertunduk. Aku tak ingin seperti ini, mungkin selama ini aku berpikir kalau aku bisa menyelesaikan sekolahku dan bisa bahagiakan Mama dan Papa. Cita-citaku untuk mengencangkan kulit Mama dan Papa yang telah keriput olehku itulah yang terbaik. Perpisahanku denganmu sungguh membuat semua kelam. Semua menjadi semu, kalau mereka bilang sandiwara cinta, aku bilang sandiwara takdir. Selama ini semua seakan berjalan mulus dan datar. Tetapi sekarang bengkok dan bergelombang. Ketika aku bersamamu, mungkin aku berpikir mereka bekerja demi sesuap nasi, mereka bekerja demi sebongkah berlian. Namun, aku masih mencari cara bagaimana aku bisa mengumpulkan bongkahan dan kepingan emas, bukan untuk mencari sesuap nasi. Tetapi kini ku terlalu lemah untuk hal itu. Jangankan mengumpulkan bongkahan berlian dan kepingan emas. Untuk mencari sesuap nasi saja aku masih ragu. Mampukah ? atau aku akan keroncongan dan mati kelaparan. Sungguh hishteris dan membutakan pikiranku. Perpisahanku denganmu menyiksa batin dan jiwaku. Aku menatap awan yang kian bertambah kelam. Aku berpikir itu adalah hidupku. Namun, aku juga berpikir kalau esok kan ada terang. Perlahan Aku bangkit dari anganku, aku mencoba mencari jawabanya. Aku bagnkit dan cari jalan keluar. “selamat tinggal sahabatku, jariku dan engkau tidak mungkin bersatu lagi. Engkau tidak akan menari lagi di atas kertas putihku, tetapi engkau akan tetap di hatiku. Seragam-seragam yang senantiasa bermain bersamamu akan ku simpan dan kujadikan kenangan terindah dalam hidupku. Engkau modal utamaku membuka jendela masa depanku. Meski kini, aku tak selalu bersamamu, tetapi ku yakin persahabatan kita selama ini berarti bagiku” aku menuliskan pesan dan kebersamaan terakhir itu bersama sahabatku. Aku tidak sadar kalau ibu masih di sampingku, aku menangis dan merebahkan tubuhku di pangkuan Mama. “Ma, besok aku akan pergi,,, “ aku meneteskan air mata. “ Ya sayang, , , maafin Mama Ya. Mama sayang kamu” Mama mencium keningku. “ Ya Ma, aku juga sayang Mama” aku memeluk tubuh mama. Hari berganti hari, aku memulai hidupku yang baru tanpa seragam dan tinta-tinta hiasku. Tetapi kini aku mengenakan dinas bebas, dengan penampilan yang lebih menarik. Dimana aku bisa masuk atau tidak. Tempatku bersandar juga tak lagi papan berukuran 30 cm, kini aku bersandar di busa. Tinta terakhirku tak membuatku patah semangat, tinta terakhirku semangatku. Dan aku yakin kehidupan pasti brputar bagai roda. Jariku kembali menari-nari denganmu di kertas yang sama.

Senin, 03 Juni 2013



 Membaca untuk Menguasai Dunia
Oleh: Juliana Simamora
            Minat baca berkaitan erat dengan tradisi masyarakat. Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia memunculkan sebuah ungkapan yang sangat satir,” Kalau orang Jepang tidur untuk membaca, tetapi orang Indonesia membaca untuk tidur “.
Tidak bisa dipungkiri bahwa minat baca masih menjadi masalah. Kebiasaan kita kalau membaca bawaanya mengantuk, kemudian tidur pulas. Mungkin ini ada hubunganya dengan kebiasaan para orangtua membacakan novel dongeng sebelum tidur. Akibatnya tumbuh persepsi pada diri anak bahwa membaca hanya dilakukan pada saat akan tidur.
            Membaca merupakan bagian dari kebiasaan atau rutinitas. Semakin sering orang membaca maka kegiatan tersebut akan “otomatis“ dilakukan kapanpun dan dimana pun .Ibaratnya seperti makan. Rutinitas bukan sekedar untuk menghilangkan rasa lapar, tetapi terkadang saat tidak laparpun kita mengunyah makanan alias ngemil.
            Pandangan pesimis terhadap minat baca memang beralasan, akan tetapi tidak juga dijadikan indikator bahwa para siswa tidak suka membaca. Buktinya banyak sekali buku bacaan yang di cetak ulang sampai puluhan kali belum lagi setiap tahun ratusan judul baru di cetak dan diterbitkan. Pembahasan buku pun selalu menarik perhatian, bahkan pembacalah yang menobatkan sebuah buku menjadi terlaris. Lihat saja fenomena buku–buku bertema petualangan, komik dan buku-buku lainnya. Dari sudut pandang ini, kita masih mempunyai harapan dan optimisme bahwa tradisi membaca dapat terus diperjuangkan. Bagaimana kita memotivasi para siswa khususnya untuk mau ngemil membaca. Banyak pihak yang harus berperan, termasuk peran pemerintah dalam mengupayakan penyediakan buku yang terjangkau oleh para siswa.
Lalu bagaimana dengan Jepang?, Jepang maju karena membaca.
            Sebenarya, antara Jepang dengan Indonesia memiliki rasa kebangkitan yang sama .Jepang mulai bangkit pada tahun 1945 setelah Hirosima dan Nagasaki hancur lebur di Bom Atom.       Begitu pula denga Indonesia, mulai bangkit sebagai negara yang merdeka pada tahun 1945 setelah lepas dari penajahan Jepang. Namun apa yang terjadi saat ini? Jelas, Indonesia sangat jauh tertinggal dalam segala hal dibanding Jepang. Salah seorang dosen pernah berkata seperti ini di sebuah kelas “Orang Jepang kalau bisa mereka membeli otak Indonesia pasti di beli, karena apa ? karean otak Indonesia masih belum diisi sedangkan otak orang Jepang sudah penuh, jadi mereka butuh memory lain”. Perbedaanya adalah, Jepang bangkit ,mengisi otak sedangkan Indonesia bangkit dengan mengisi perut.
            Jepang sangat paham betul bahwa membaca adalah cara yang tepat untuk menguasai dunia. Cara itulah yang dilakukan Jepang selama lebih dari 30 tahun yang silam. Jepang mulai membangun negaranya dengan membaca. Mereka memasukkan ratusan bahkan ribuan buku dari luar jepang dan meneremahkanya ke dalam bahasa jepang, lalu mulai menganjurkan masyarakatnya untuk terus membaca.
            Hasilnya luar biasa .Hanya dalam waktu kurang dari 30 tahun. Jepang mampu bangkit sebagai negara yang soperior. Kemajuanya mampu mengimbangi negara Amerika dan negara maju lainnya di bidang ekonomi dan penguasaan  teknologi hal ini memberitakan contoh yang sangat nyata bahwa membaca mampu melahirkan banyak keuntungan. Maka membacalah agar bisa menguasai dunia. Kalau kita perhatikan anak – anak usia Tk dilingkungan kita sudah terampil mengeja kata dan membaca. Sehingga pada saat kelas satu SD mereka bukan lagi belajar membaca, tetapi sudah mulai memahami isi bacaan. Bahan bacaan yang tersediapun sudah mulai banyak dan beragam .
Meskipun sebagian buku terbilang masih mahal, tetapi beberapa perpustakaan, tempat penyewaan buku atau taman bacaan dalam dimamfaatkan untuk memperoleh bacaan murah bahkan gratis. Persoalanya sekarang adalah banyak orang yang sudah bisa membaca tetapi tidak suka membaca. Sebab mereka merasa tidak memperoleh banyak mamfaat dari membaca. Selain itu, kita juga terlalu disibukkan oleh rutinitas sehari–hari yang semakin sulit. Sehingga tidak ada waktu untuk membaca.
            Kondisi ini bukan saja tanggungjawab sekolah dan pendidik, melainkan juga tanggungjawab orang tua sebagai pendamping anak di rumah. Sebagai orangtua yang berkecimpung dalam kegiatan membantu anak agar mencintai buku, pembaca yang bergairah kerap menemukan kecintaan membaca di rumah, dari orang tua. Mereka bukan saja berbagi bacaan dengan teman atau saudara melainkan juga memiliki kebebasan untuk membaca ataupun yang ingin mereka baca. Jadi, peran orangtua dalam membetuk budaya membaca pada anak sangatlah utama.
            Kecintaan membaca dapat dimulai sejak kecil. Pada usia 2-5 tahun di anggap sebagai usia ajaib. Anak pada usia ini memiliki kegairahan yang luar biassa untuk mendengarkan dongeng, bermain, belajar, menulis atau menggambar. Ketika mereka sudah siap untuk belajar membaca dapat dimulai dengan hal–hal kecil seperti mengenakan permainan yang menggunakan huruf .Perkenalkan pula pada buku-buku bergambar agar mereka terbiasa memegang dan melihat buku.
            Pada usia 6-8 tahun, disebut usia penemuan, merupakan masa anak–anak mulai mampu membaca sendiri. Mereka mulai menggeser bacaan bergambar dengan teks yang lebih banyak .Orangtua perlu memberikan pemahaman bahwa buku merupakan cara hebat untuk belajar lebih banyak dari kegiatan yang mereka cintai .Jenis bacaanpun terus ditingkatkan sesuai dengan perkembangan usia.
            Pada usia 9-10 tahun, anak–anak mulai menyukai cerita misteri dan fantasi. Tidak heran kalau buku harry potter yang begitu tebal mampu di baca anak–anak ini. Dalam cerita fantasi seperti Harry Potter ada dunia imajinasi yang sangat di senangi anak-anak. Jika sejak kecil anak sudah terbasa membaca dan mencintai buku. Pada perkembangan usia selanjutnya kita tidak akan terlalu sulit meminta mereka gemar membaca. Pada usia 11-12 tahun, mereka sudah mulai meninggalkan bacaan anak–anak seperti dongeng. Mereka sudah dapat menentukan sendiri bacaan yang disukainya. Buku yan di baca mulai beralih ke buku–buku remaja baik fiksi maupun nonfiksi. Persoalan lain dari masalah membaca kurang tersedianya bahan bacaan .Jangankan di rumah, diperpustakaan sekolahpun terkadang tidak tersedia buku–buku yang mampu menarik minat siswa untuk membaca disana. Perpustakaan menjadi tempat yang tidak penting, apalagi ditambah dengan pengelolaan yang kurang baik.
            Dalam hal ini, pemerintah harus berperan dalam memberikan layanan mudah bagi para siswa untuk memperoleh bahan bacaan. Anggaran pendidikan sebesar 20% sangat realistis untuk meningkatkan kualitas pendidikan, termasuk di dalamnya penyediaan buku–buku gratis bagi siswa.
Masalah yang penting lagi adalah motivasi. Para guru sedikitnya mampu memberikan motivasi kepada siswa untuk membaca dan memahami pentingya membaca. Motivasi dapat diartikan sebagai suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Motivasi ini tidak lepas dari pengaruh atau faktor–faktor yang ada disekitar kita. Sebuah motivasi akan muncul karena dua unsur, yakni unsur dorongan/kebutuhan dan unsur tujan. Dengan demikian untuk menumbuhkan motivasi, kita dapat berpijak pada salah satu atau kedua unsur tersebut. Jika siswa sudah termotivasi untuk membaca , mereka akan menjadikan membaca sebagai kegemaran yang menyenangkan.
Sudah saatnya kita mengubah persepti buruk tentang membaca dengan memotivasi diri untuk terus membaca dan membaca. Tidak ada kata terlambat untuk maju, dan mengubah ungkapan menjadi” orang Jepang tidur untuk membaca , orang Indonesia juga”.
Mari kita membaca untuk menguasai dunia.


Selasa, 28 Mei 2013



Kritik terhadap Cerpen “Robohnya Surau Kami” karya A.A. Navis Berdasarkan Metode Sosiologi Sastra

1.      Definisi Metode Sosiologi Sastra
Metode sosiologi sastra berdasarkan prinsip bahwa karya sastra merupakan refleksi/ cerminan masyarakat pada zaman karya sastra itu ditulis. Sebagai anggota masyarakat, penulis tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan social budaya, politik, keamanan, dan alam yang melingkupinya.
Selain merupakan eksperimen moral yang dituangkan melalui bahasa sastra dalam kenyataanya menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri merupakan kenyataan social. Seperti halnya karya seni lain, karya sastra adalah refleksi transformasi pengalaman hidup dan kenyataan hidup manusia baik secar nyata maupun hanya rekaan semata, yang dipenggal-penggal kemudian dirangkai kembali dengan imajinasi, perseppsi dan keahlian pengarang serta disajikan melalui sebuah media (bahasa). Bagaimanapun peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang yang sering menjadi bahan sastra adalah pantulan hubungan seseorang dengan Tuhan, alam semesta, masyarakat, manusia lainnya, dan dirinya sendiri. Hubungan hakiki itulah yang kemudian melahirkan berbagai masalah yang dihadapi manusia misalnya maut, tragedy, cinta, loyalitas, harapan, makna dan tujuan hidup, hal-hal yang transcendental, kekuasaan, politik dan ideologi.

2.      Kritik terhadap Cerpen “Robohnya Surau Kami” Karya A.A. Navis
Cerpen Robohnya Surau Kami menggambar keadaan manusia pada masa sekarang, walaupun ditulis pada masanya. Manusia yang sebagai makhluk social dan selalu berinteraksi dengan orang lain. Salin membutuhkan satu sama lain. Di tengah manusia sebagai makhluk social, juga sebagai makhluk yang egosentris. Artinya setiap manusia mempunyai ego masing-masing. Mementingkan diri sendiri. Membiarkan orang lain melarat demi kebahagiaanya. Di samping manusia sebagai makhluk social juga sebagai makhluk yang mempunyai agama. Mempunyai keyakinan dan kepercayaan yang  berbeda-beda. Perbedaan keyakinan tak jarang menjadi tembok pemisah dalam kehidupan manusia. Membatasi pergaulan dalam kehidupan sehari. Bahkan sering menimbulkan permusuhan, sementara tidak tahu apa yang dianut dia, dan apa yang dianut dia sama tetapi dengan cara yang berbeda-beda.
Dalam cerepn robohnya suara kami. Haji saleh sebagai seorang pria yang taat beragama, setia kepada Tuhan-Nya. Sehingga tak lain yang dikerjakan Haji Saleh selain ibadah. Dia melupakan anak istrinya, orang-orang disekitarnya. Bahkan dia tidak pernah bekerja. hingga tiba saatnya penghakiman oleh Tuhan Haji Saleh protes karena dia masuk neraka. Dan dia juga bahwa orang-orang yang masuk neraka orang-orang yang rajin beribadah.
Dalam praktiknya dalam kehidupan sehari-hari. Sikap setia Haji Saleh akan agamanya sangat perlu diteladani, tetapi bukan berarti kita melupakan segala sesuatu apa yang ada disekitar kita. Manusia pada masa kini, banyak yang taat beribadah, semua ayat-ayat suci bisa di hafal. Tapi prakteknya seorang teroris, KKN dan kejahatan lainnya.
Jika dihubungkan dengan kehidupan masa kini. Cerpen ini tentu saja sangat berhubungan. Karena menggambarkan kehidupan manusia diera globalisasi. Manusia makhluk social yang saling berinteraksi tetapi mementingkan sifat egoism. Cerpen ini sangat bagus, karena mengkaitkan isi dengan kehidupan nyata.bahkan seolah-olah diangkat dari kisah  nyata.
Dalam pemahamanya.cerpen ini sangatlah membangun bagi masyarakat terutama ulama-ulama agama. Sulit untuk dipahami karena cerpen ini menceritakan alur maju mundur.
            Keadaan ekonomi masa kini kian semakin berkembang bagi mereka yang mampu, sedangkan bagi mereka yang tidak mampu semakin terjepit bahkan sampai mati kelaparan. Sama halnya dengan cerita pada robohnya surau kami yang menceritakan keadaan ekonomi Indonesia yang semakin sulit sementara ada orang yang hanya diam membiarkan dirinya melarat. Persaingan ekonomi yang semakin ketat dan  sulit. Indonesia kaya akan harta alam. Tanah yang subur dan tumbuhan yang hijau. Tetapi masih saja mengekspor bahan-bahan dari luar.
            Kritik dari segi positif atau keunggulan cerpen “Robohnya Surau Kami” adalah alur ceritanya bagus, mencerminkan kehidupan nyata, mengandung unsur moral. Mempunyai nilai social yang tinggi. Dan jika ditilik dari segi amanat atau pesan yang bisa di petik. Mampu merubah seorang umat dan memperbaiki persepsinya tentang agama yang selama ini di anutnya. Dalam artian, aplikasi lebih penting dari teori (sedikit teori banyak praktik).




















3. Kritik terhadap Cerpen “Pada Pembotakan Terakhir’ karya A.A. Navis
            Pada cerpen Pada Pembotakan Terakhir merupakan cerminan masyarakat masa kini. Cerminan masyarakat dari segi ekonomi, politik, sosial, dan alam yang melingkupinya. Cerminan masyarakat dari segi ekonomi, di sini dapat terlihat pada keadaan ekonomi keluarga angkat Maria. Setiap hari Maria bekerja menjajakan kue tanpa pernah mengenal dunia anak-anak. Banyak hal yang tidak dia tahu dari dunia anak-anak. Baik dari sikap I dan berbagai permainan anak-anak. Berbeda dengan sibotak yang mempunyai ekonomi mencukupi sehingga setiap hari dia masih bisa menikmati kue hasil jajahan Maria.
Dari segi sosial budaya, terlihat pada kebiasaan yang dilakukan oleh Kakek sibotak pada hari ulang tahunnya. Di mana setiap ulang tahun, dia memperoleh kado kepala botak dari keluarganya. Alam tidka bisa lepas dari kehidupan manusia. Karena manusia tergantung pada alam sekitar yang melingkupinya. Di sini terlihat pada keadaan yang membatasi rumah sibotak dengan rumah Maria. Sebuah kali berukuran 3 meter tetapi dengan kedalaman yang luar biasa.
Cerpen ini merupakan gambaran kehidupan masyarakat social. Di aman pada masa kinim apabila seorang tidak mempunyai orangtua lagi. Dia angkat dijadikan oelh orang lain sebagai anak angkat. Menjadi seorang anak angkat tidaklah enak. Banyak hal yang harus kita jaga. Sama halnya dengan Maria yang selalu di siksa oleh ibu angkatnya.
Peristiwa yang terjadi dalm cerpen “Pada Pembotakan Terakhir” mencerminkan kehidupan yang penuh misteri. Penuh sandiwara dan lagu-lagu dunia.
Jika ditilik dari sudut positif atau kebaikan cerpen ini memberikan gambaran kehidupan yang sangat rumit yang dialami oleh tokoh Maria. Banyak hal yang menjadi pelajaran dari cerpen ini, diantaranya adalah sebagai berikut;
®    Tidak boleh berbuat semena-mena terhadap orang lain;
®    Saling berbagi;
®    Menghormati orangtua;
®    Saling menghargai dan member;
®    Tidak mengutarakan hal-hal yang tidak perlu diutarakan;
®    Jadilah seorang ibu yang baik.
Jika ditilik dari segi keburukan atau negatifnya, cerpen ini menceritakan kisah kehidupan Maria yang sangat sadis. Kehidupannya tak lepas dari siksa hingga maut menjemputnya. Bahkan dia meninggal karena kekerasan oarangtua angkatnya. Maria meninggal dan ibu angkatnya semakin jaya. Ibu angkatnya menajdi seorang tukang jual emas dan menikah dengan seorang yang muda. khir
Pembaca akan beranggapan, sejahat-jahatnya manusia, toh pada ujungnya berakhir dengan kebahagiaan. Hubungan manusia dengan agama dalam cerpen ini tidak begitu diperhatikan. Seorang ibu tega menyiksa seorang anak kecil tanpa kesalahan yang patal. Bahkan anak kecil meninggal karena siksaan ibu angkatnya. Keadaan ini menggambarkan cerminan masyarakat yang  tidak mempedulikn agama.


















4. Sinopsis
Robohnya Surau Kami
Karya: A.A. Navis
Di sebuah desa, hidup seorang kakek tua yang tinggal di surau desa. Sudah bertahun-tahun dia tinggal di surau itu sebagai penjaga surau. Karena hidup sebatang kara, dia harus menggantungkan hidupnya dari upah mengasah pisau.Biasanya masyarakat yang meminta bantuannya mengasah pisau akan memberinya sambal, rokok, ataupun sedikit uang. Tidak sedikit juga yang hanya memberinya ucapan terima kasih dan segaris senyuman. Enam bulan sekali dia mendapatkan ikan hasil pemunggahan dari kolam ikan mas yang ada di depan surau, selain itu setahun sekali ia mendapatkan fitrah Id dari orang-orang yang tinggal disekitarnya. Dia memiliki keyakinan bahwa materi bukanlah segala-galanya dan dia berpikir lebih baik ia memikirkan kehidupan nanti di akhirat dari pada kehidupan sekarang di dunia. Kakek tersebut taat beribadah sampai-sampai melupakan semua kebutuhan duniawinya.
Suatu  hari Ajo Sidi menemui Kakek di surau. Ajo Sidi dikenal sebagai seorang pembual desa yang sering menceritakan kisah-kisah yang pelaku-pelaku dalam kisah tersebut adalah orang-orang yang menurutnya mempunyai kesamaan perilaku dengan tokoh yang ada di dalam kisah karangannya. Biasanya Ajo Sidi akan menceritakan kisah yang sifatnya menghina orang yang sedang ia ajak bicara. Namun kelebihan yang dia miliki adalah, dia merupakan orang yang suka bekerja keras karena hampir sepanjang waktunya dia habiskan untuk bekerja. Ajo Sidi menceritakan kisah tentang Haji Saleh, seorang alim yang seumur hidupnya dia habiskan untuk ibadah namun di akhirat Haji Saleh tetap saja masuk ke neraka. Dalam cerita karangan Ajo Sidi, Tuhan marah kepada Haji Saleh karena dia terlalu egois sehingga mengabaikan kebutuhan keluarganya di dunia karena terlalu sibuk mengejar kehidupan indah di surga nantinya. Kakek merasa marah dan tersinggung karena cerita Ajo Sidi, tidak hanya itu, Kakek juga jadi pendiam dan kelihatan murung setelah pertemuannya dengan Ajo Sidi.
Di Surau yang merupakan tempat tinggalnya itu Kakek hanya duduk dan termenung memikirkan cerita yang beberapa hari lalu didengarnya itu. Entah bagaimana Kakek merasa bersalah dan sangat berdosa, hingga pada suatu hari Kakek ditemukan telah mati bunuh diri di surau. Dia menggorok lehernya menggunakan pisau yang sebelumnya dia tujukan untuk menggorok leher Ajo Sidi demi melampiaskan kemarahannya. Ketika Ajo Sidi dicari untuk dimintai pertanggung jawabannya, Ajo Sidi malah tidak ada di rumahnya karena dia sedang pergi bekerja seperti biasanya. Dia hanya menitipkan pesan pada istrinya untuk membelikan tujuh lapis kain kafan untuk Kakek.
























Pada Pembotakan Terakhir
Karya: A.A. Navis
            Pembotakan terakhir dilakukan ketika si aku tepat berumur tujuh tahun. Pembotakan itu selalu dilakukan oleh ibunya semenjak si aku masih bayi dan setiap umurnya bertambah. Pembotakan terakhir itu tidak dirayakan karena promotor perayaan yaitu nenek si aku telah meninggal dunia. Tepat umurnya tujuh tahun adalah hari kelima belas meninggalnya neneknya.
Dalam cerita ini banyak diceritakan kehidupan seorang tetangga dari si aku yaitu Maria. Maria adalah tetangga si aku yaitu seorang yatim piatu yang hidup dengan etek-nya yang bernama Mak Pasah yang sangat kejam kepada Maria. Sedikit saja Maria lalai, ia akan dipukuli habis-habisan oleh Mak Pasah. Mak Pasah adalah pembuat kue dan Maria yang disuruh menjualnya. Maria berjualan tiga kali sehari, pagi penekuk, siang bubur delima, dan sore limping. Jika kue tidak habis terjual, ia akan dipukuli setengah mati. Itulah yang menyebabkan Maria jarang bergaul bahkan ia tidak ada tahu satu pun permainan yang ia ketahui yang mana permainan sering dimainkan si aku seperti lore, sembang, dan congklak.
Si aku sangat kasihan dan pilu saat mendengar pekik Maria meminta ampun ketika dipukuli Mak Pasah. Ibu  si aku selalu membeli kue dari Maria. Suatu hari ditinggal ibu nya sendiri di rumah, dan si aku diberi remis untuk membeli kue kepada Maria tetapi remis itu dibelikannya gula tare. Ketika Maria datang, si aku sudah tidak punya uang lagi. Tapi Maria memberikan sebuah limping dan akan dibayar apabila ibu si aku sudah pulang. Sekian lama Maria menunggu ibu si aku, tetapi ibu si aku belum juga datang. Tidak lama kemudian hari mulai senja, dengan wajah pucat Maria segera pulang. Sudah pasti terdengar pekik Maria dan makian Mak Pasah. Peristiwa itu terjadi sehari sebelum pembotakan terakhir si aku. Pada malam harinya, si aku bermimpi tentang Maria yang dipukuli oleh hantu-hantu.
Pembotakan terakhir pun tiba. Kakek Montok, si tukang cukur mulai membotaki kepala si aku sedikit demi sedikit. Kepala yang botak adalah hadiah ulang tahun si aku. Ttiba-tiba saja Maria datang dan tampak di wajah Maria bekas luka dipukul. Maria terbatuk dan ludahnya berdarah bahkan itu bukan ludah tetapi darah yang sesungguhnya.tapi ketika ditanya oleh kakek Montok, Maria menjawab bahwa dirinya baik-baik saja. Keesokan harinya, si aku pergi ke kota di mana tempat kelahiran ayahnya. Dua minggu kemudian si aku dijemput oleh ibunya. Si aku ingat dan ingin tahu keadaan Maria. Ternyata Maria telah meninggal dunia. Dan Mak Pasah pun sudah mencari anak semang yang lain untuk menjual kuenya. Tapi orang-orang kampung tidak lagi membeli kuenya karena dari dulu kue Mak Pasah tidak enak. Orang mau membeli kuenya dulu karena orang kasihan kepada Maria. Kematian Maria karena sikasaan Mak Pasah, persis mimpi si aku.